Sebagai makhluk sosial, manusia telah lama mengenal konsep organisasi. Di dalamnya, ada struktur yang jelas, ada pemimpin, ada pengikut, dan ada yang bertanggung jawab di antara mereka. Namun, apa yang terjadi ketika sebuah organisasi dijalankan tanpa rasa hormat terhadap hierarki, tanpa koordinasi antar pengurus, dan tanpa komunikasi yang memadai? Jawabannya: sebuah keajaiban! Ya, keajaiban bagaimana organisasi tersebut masih bisa berjalan—jika itu bisa disebut berjalan.
Dalam sebuah organisasi, biasanya kita mengenal hierarki sebagai tatanan yang membantu menjaga ketertiban. Namun, bayangkan sebuah organisasi di mana hierarki hanya menjadi sekadar formalitas, seperti patung hiasan di lobi yang semua orang tahu ada di sana, tapi tidak ada yang peduli. Pimpinan hanya menjadi gelar tanpa makna, dan pengurus berperilaku seakan-akan mereka hidup di dunia paralel di mana komunikasi tidak pernah dibutuhkan. Mengapa harus repot-repot berbicara satu sama lain? Toh, hasilnya akan sama saja: kekacauan yang tak terkendali.
Koordinasi? Siapa yang membutuhkannya? Konsep ini tampaknya hanya untuk mereka yang lemah, yang tidak bisa bekerja sendiri. Lagi pula, apa gunanya bekerja sama jika kita bisa bekerja terpisah dan mengabaikan satu sama lain? Bukankah lebih menyenangkan jika setiap pengurus merasa mereka adalah raja kecil dalam kerajaannya sendiri, bebas untuk membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan siapa pun? Koordinasi hanya akan memperlambat proses; lebih baik bertindak sekarang dan berpikir belakangan—atau mungkin tidak berpikir sama sekali.
Tak heran jika dalam organisasi semacam ini, hasil akhirnya adalah kebingungan. Namun, inilah bagian yang paling mengagumkan: meski tanpa arah yang jelas, organisasi ini masih ada. Mungkin, ini adalah contoh bagaimana chaos bisa menjadi gaya manajemen yang efektif, setidaknya dalam menciptakan ilusi bahwa sesuatu sedang dilakukan. Dan jika ada masalah? Mudah saja, saling menyalahkan adalah solusi universal. Mengapa mencari solusi jika kita bisa mencari kambing hitam?
Akhirnya, organisasi ini mungkin tidak pernah mencapai tujuannya, tapi siapa yang peduli? Selama semua orang di dalamnya sibuk, atau setidaknya terlihat sibuk, bukankah itu yang terpenting? Jadi, mari kita rayakan organisasi ini sebagai contoh sempurna bagaimana tidak menghormati hierarki dan mengabaikan koordinasi bisa menjadi seni tersendiri. Sebuah seni yang, sayangnya, banyak yang tidak bisa (atau tidak mau) memahami.